Kemajuan Proyek Strategis Nasional

Sejak diluncurkan pada tahun 2016 hingga Disember 2019, sebanyak 92 Proyek Strategis Nasional telah rampung, dengan nilai laburan mencapai Rp 467,4 trilion.[133] Jumlah projek yang telah selesai ini setara dengan 41% dari jumlah 223 projek yang termuat dalam Peraturan Presiden No 56 Tahun 2018, sedangkan dari sisi nilai laburan kontribusinya mencapai 11,4% dari jumlah laburan keseluruhan projek sebesar Rp 4.092 trilion.[134]

Beberapa projek yang telah selesai adalah jalan tol sepanjang 964 km, beroperasinya transportasi MRT dan LRT pertama kalinya di Indonesia, pembangunan kereta api pertama di Pulau Sulawesi sepanjang 50 km, lima bandara, dua pelabuhan hub antarabangsa dengan tambahan kapasitas 22,5 juta TEU's, 15 bendungan dengan pasokan air baku sebesar 1,1 miliar m³ dan dapat mengairi persawahan seluas 120 ribu hektar, dan potensi produksi listrik 113 MW. Jaringan irigrasi yang dibangun dapat mengairi area persawahan seluas 865,4 ha, projek palapa ring paket barat, tengah dan timur, projek hulu migas, yakni Masela, Jambaran-Tiung Biru, dan Tangguh Train 3.[48]

Tahun 2016

jmpl|528x528px|Bendungan Titab Ularan, di Buleleng, Bali, adalah salah satu Proyek Strategis Nasional yang selesai tahun 2016

Pada tahun 2016, terdapat 20 Proyek Strategis Nasional yang telah selesai, dengan nilai Rp 33,3 trilion. Proyek Strategis Nasional yang telah selesai terdiri atas tujuh bandara, satu jalan tol, enam bendungan, satu pelabuhan, satu jalur pipa gas dan empat Pos Lintas Batas Negara (PLBN).[135]

Ke-20 Proyek Strategis Nasional tersebut adalah Jalan Tol Gempol-Pandaan, Jawa Timur, sepanjang 13,61 km; tujuh bandar udara, yakni Bandara Sentani (Jayapura), Bandar Udara Internasional Juwata (Tarakan), Bandar Udara Fatmawati-Soekarno (Bengkulu), Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie (Palu), Bandar Udara Matahora (Wakatobi), Labuan Bajo (Pulau Komodo) dan Terminal 3 Soekarno Hatta; Pelabuhan Terminal Peti Kemas 1, Kalibaru, DKI Jakarta; Pipa Gas Belawan-Sei Mengkei, Sumatera Utara; empat PLBN Entikong (Kalimantan Barat), Mota'ain, Motamassin (Nusa Tenggara Timur), dan Skouw (Papua); enam bendungan, yakni Bendungan Paya Seunara (Sabang), Rajui (Pidie), Jatigede (Sumedang), Bajulmati (Banyuwangi), Nipah (Madura), Titab (Buleleng).[136]

Tahun 2017

Pada tahun 2017, terdapat sepuluh Proyek Strategis Nasional yang telah selesai, dengan nilai Rp 61,4 trilion. Proyek Strategis Nasional yang telah selesai terdiri atas dua jalan tol, satu jalan akses, satu bandara, satu fasilitas gas, tiga pos lintas batas negara (PLBN), satu bendungan, dan satu saluran irigasi.[135]

Kesepuluh Proyek Strategis Nasional tersebut adalah:[137]

Tahun 2018

Pada tahun 2018, terdapat 32 Proyek Strategis Nasional yang telah selesai, dengan nilai Rp 207,4 trilion. Proyek Strategis Nasional yang telah selesai terdiri atas dua kereta api, empat bendungan, satu irigrasi, sepuluh jalan tol, lima Kawasan Ekonomi Khusus, satu bandara, empat kawasan industri, empat smelter, satu Sentra Kelautan Perikanan.[135]

Ke-32 Proyek Strategis Nasional tersebut adalah:[135]

Tahun 2019

Pada tahun 2019, terdapat 30 Proyek Strategis Nasional yang telah selesai, dengan nilai Rp 165,3 trilion. Proyek Strategis Nasional yang telah selesai, terdiri atas empat bandara, empat bendungan, sembilan jalan, enam kawasan, dua kereta api, satu pelabuhan, dua smelter, dan dua teknologi.[48]

Ke-30 Proyek Strategis Nasional tersebut adalah:[138]

  • Empat bandara, yakni Bandara Sultan Baabullah-Ternate dengan laburan senilai Rp 1,35 trilion, Bandara Tjilik Riwut-Palangkaraya (Rp 322,5 miliar), Bandara Syamsuddin Noor (Rp 2,31 trilion), dan Bandara Kertajati (Rp 4,916 trilion);
  • Empat bendungan, yakni Bendungan Gondang (Rp 680,5 miliar), Bendungan Muara Sei Gong (Rp 258,9 miliar), Bendungan Mila (Rp 107 miliar), dan Bendungan Sindang Heula (Rp 484,9 miliar);
  • Sembilan jalan, yakni Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (140,9 km) senilai Rp 16,79 trilion, Jalan Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang (100 km) senilai Rp 11,86 trilion, Jalan Tol Pematang Panggang-Kayu Agung (85 km) senilai Rp 10,08 trilion, Jalan Tol Kunciran-Serpong (11,2 km) senilai Rp 3,48 trilion, Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated (36,4 km) senilai Rp 16,22 trilion, Jalan Lingkar Trans Morotai (231,84 km) senilai Rp 273 miliar, Jalan Palu-Parigi (83,6 km) senilai Rp 1,1 trilion, Jalan Penghubung Gorontalo-Manado (301,7 km) senilai Rp 3,9 trilion, dan Jalan Trans Maluku 7 ruas senilai Rp 964 miliar;
  • Enam kawasan ekonomi khusus, yakni Kawasan Industri Batulicin Rp 2,12 trilion, KEK Maloy Batuta Trans Provinsi Kalimantan Rp 3,4 trilion, KEK Bitung Rp 2,3 trilion, KEK Morotai Rp 6,8 trilion, KEK Belitung (Tanjung Kelayang) Rp 1,3 trilion, dan KEK Sorong Rp 3,1 trilion;
  • Dua kereta, yakni penyelenggaran perkeretaapian umum di DKI Jakarta senilai Rp 7,34 trilion dan Kereta Api Akses Bandara Adi Soemarno senilai Rp 924,8 miliar;
  • Satu pelabuhan, yakni Pelabuhan Palu (Pantoloan) senilai Rp 100 miliar;
  • Dua smelter, yakni smelter Kuala Tanjung senilai Rp 21,01 trilion dan smelter Buli senilai Rp 19,7 trilion;
  • Dua teknologi, yakni Palapa Ring Broadbank di 57 kabupaten/kota senilai Rp 7,71 trilion dan Palapa Ring Broadband di 457 kabupaten/kota senilai Rp 14,3 trilion.

Rujukan

WikiPedia: Proyek Strategis Nasional http://bloktuban.com/2019/07/30/ma-kabulkan-kasasi... http://www.harianproperty.com/Infrastruktur/detail... http://www.hutamakarya.com/id/about-trans-sumatera http://www.hutamakarya.com/id/annual-reports http://tuskadvisory.com/Document/The%20Impact%20of... http://ojs.atmajaya.ac.id/index.php/metris/article... http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/jkebijakan... http://www.conference.unsri.ac.id/index.php/uniid/... http://iif.co.id/id/tentang-kami/ikhtisar/ http://industri.kontan.co.id/news/fokus-di-kilang-...